Blindness and Perception of Professional Competency
Abstract
Ilmu Kesehatan Mata (Oftalmologi) menyetarakan keadaan “kebutaan†dengan “kematianâ€; oleh karena itu, paradigma awal dan utama oftalmologi adalah mencegah dan me-rehabilitasi kebutaan. Sejalan dengan itu, maka pengenalan gejala dan petanda dini berbagai penyakit atau keadaan yang terkait dengan resiko terjadinya kebutaan harus dikenal dan mampu melakukan penatalaksaan secara cepat dan tepat, minimal untuk tidak memperburuk keadaan sebelum merujuk-nya. Dalam konteks pendidikan, maka kompetensi tersebut merupakan keharusan (have to know) dalam tingkatan mampu memperlihatkan (do show), kegagalan pengenalan petanda dan gejala tsb digolongkan dengan ketidak mampuan yang fatal (red flag).
Edisi ini, menampilkan beberapa makalah yang membahas berbagai aspek klinis, namun dapat digolongkan dalam katagori ber-potensi menyebabkan kebutaan, seperti rhegmatogenous retinal detachment, idiopathic neuroretinitis, central serous retinopathy, pituary macroadenoma, refractory glaucoma, serta ulkus kornea.
Tindakan utama pada kondisi Rhegmatogenous Retinal Detachment (robekan retina) adalah vitrektomi dengan tamponade silicon atau gas. Tindakan ini membutuhkan SDM dengan kompetensi khusus, serta peralatan dan bahan habis pakai sehingga relatif hanya dapat dilakukan pada sarana kesehatan tertier dan merupakan tindakan berbiaya tinggi. Di-sisi lain, seiring dengan kemajuan teknologi, perubahan gaya hidup, kemudahan transportasi dan peningkatan angka harapan hidup, maka terlihat adanya peningkatan prevalensi kondisi ini di berbagai jenjang sarana kesehatan mata. Keterlambatan penatalaksanaan tentunya akan meningkatkan resiko kebutaan. Namun ironi-nya, dalam era jaminan kesehatan nasional ini, akibat pola pembiayaan yang tidak tepat, justru terjadi penumpukan kasus yang tidak tertangani di sarana kesehatan tersier.
Sehubungan dengan itu, maka prosedur Pneumatic Retinopexy, dilanjutkan dengan Argon Laser Retinopexy yang merupakan tindakan yang relatif sederhana, dan dapat dilakukan dengan sumberdaya di strata pelayanan kesehatan mata sekunder mungkin dapat dipertimbangkan sebagai salah satu alternatif penatalaksanaan, minimal untuk memperkecil atau memperlambat potensi kebutaan akibat adanya Rhegmatogenous Retinal Detachment......
(....)