Kompetensi dan Perkembangan Profesi

Tjahjono D Gondhowiardjo (1)
(1) Department of Ophthalmology, Universitas Indonesia , Indonesia

Abstract




Spektrum keilmuan Oftalmologi berada diantara dua sisi, kebutaan dan penglihatan yang optimal; oleh karena itu, sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, paradigma oftalmologi bergeser dari rehabilitasi kebutaan dan pencegahan kebutaan menjadi optimalisasi kemampuan penglihatan. Kondisi tsb tercermin pada berbagai makalah yang ditampilkan pada edisi ini. Artikel case report memperlihatkan ketepatan pengobatan yang ahirnya dapat membedakan dua keadaan yang mengancam kebutaan namun dengan prognosis yang berbeda.


Dua artikel lain, inovasi untuk menggunakan pemeriksaan kartu Amsler untuk menilai adanya gangguan lapang pandang penderita Glaukoma, dan pemberian obat acetazolamide pasca bedah katarak masuk katagori pencegahan kebutaan. Begitu pula makalah deskripsi retrospektif tumor orbita primer pada anak, yang diskusi maupun kesimpulan nya terasa menjadi sesuatu yang umum. Kedalaman substansi dan ketajaman pembahasan makalah-makalah kita cenderung kurang terasa menjadi sesuatu pengetahuan baru. Hal ini, disatu sisi, dapat dimengerti karena umumnya artikel tsb merupakan hasil proses pendidikan para peserta program studi; namun, disisi lain menunjukkan kurangnya arahan, keterlibatan atau ketidak pedulian para pengampu-nya. Namun, hal itu sebenarnya adalah suatu ironi karena pada dasarnya yang paling di-untung-kan oleh adanya persyaratan publikasi bagi peserta didik adalah institusi pendidikan dan individu pengampu-nya dalam konteks akreditasi institusi maupun personal.


Secara tidak langsung, keadaan itu juga terlihat dari asal institusi makalah yang ditampilkan, yang relatif hanya berasal dari institusi pendidikan tertentu saja, relatif sangat jarang adanya artikel dari anggota profesi yang berada di jalur pelayanan yang tidak membutuhkan nilai publikasi tsb. Hal yang sebaliknya, terlihat pada presentasi oral di acara ilmiah, terutama yang menampilkan aspek psiko motor dan yang berciri cutting edge technology justru dimunculkan oleh profesional dari sarana pelayanan. Keadaan itu menunjukkan spektrum kondisi dan situasi profesional kita sesuai dengan penjenjangan tingkatan kebutuhan individu berdasarkan teori Maslow’, dimana tingkatan tertinggi kebutuhan individu, adalah aktualisasi diri; yang secara nyata ditunjukkan dengan menampilkan karya -karya, atau berbagi pengalaman yang baik atau bahkan yang buruk pada pertemuan ilmiah tahunan profesi, atau menuliskan nya dalam makalah. Sesungguh-nya leader dalam suatu profesi adalah mereka yang mau berbagi kelebihan-nya di luar keterikatan pada lingkup bidang tugas-nya.


Situasi dan kondisi keterbatasan materi untuk publikasi yang kurang kondusif, di negeri tercinta kita ini, maaf, telah berlangsung hampir seumur majalah organisasi profesi kita. Memang, ada geliat sporadik di beberapa pusat pendidikan dan pelayanan, namun terbukti belum mampu menggerakkan gerbong profesi kita secara serentak. Harus diakui, kita memang terperangkap dalam rutinitas yang menjebak, serta terlena dalam tidur nyenyak kenyamanan yang berkepanjangan. Dalam era Jaminan sosial (baca BPJS) saat ini untuk sebagian kecil dari kita, menjadi perluang besar dengan melakukan upaya entrepreunership dengan membuka klinik-klinik yang dapat melakukan operasi katarak; sedangkan, mayoritas anggota profesi akan semakin terjebak dengan rutinitas akibat membanjirnya jumlah pasien dengan nilai remunerasi yang tanpa disadari cenderung semakin minim....




Full text article

Generated from XML file

Authors

Tjahjono D Gondhowiardjo
Gondhowiardjo, T. D. (2017). Kompetensi dan Perkembangan Profesi. Ophthalmologica Indonesiana, 43(2), 105. https://doi.org/10.35749/journal.v43i2.148
Copyright and license info is not available

Article Details

How to Cite

Gondhowiardjo, T. D. (2017). Kompetensi dan Perkembangan Profesi. Ophthalmologica Indonesiana, 43(2), 105. https://doi.org/10.35749/journal.v43i2.148